Sekura, Helloween-nya Ulun Lampung


Kalau Amerika Serikat punya festival Helloween, maka Lampung juga punya festival Sekura. Sebuah acara yang diperingati pada hari kedua atau ketiga bulan syawal ini merupakan perayaan masyarakat daerah Sekala Berak, Liwa, Lampung Barat terhadap datangnya hari Raya Idul Fitri. Pesta ini berlangsung satu minggu di desa yang sudah disepakati secara bergantian. Sebagai tradisi asli masyarakat setempat, hingga kini Sekura tetap diperingati tiap kali Idul Fitri tiba.


Menurut asal katanya, Sekura berarti penutup wajah atau muka. Festival sekura pada nyatanya memang berupa pesta topeng, dimana pemeran dalam festival ini menggunakan topeng-topeng unik sebagai wujud kebahagiaan masyarakat setempat terhadap datangnya hari Raya Islam. Terdiri dari dua macam bentuk, yaitu Sekura Betik dan Sekura Kamak, festival ini dimainkan sendiri oleh masyarakat setempat. Sekura Betik, merupakan pesta Sekura dimana kostum yang digunakan berupa kostum yang lucu. Tujuan dari Sekura jenis ini hanyalah sebagai penghibur, sehingga para pemerannya tidak berhak mengikuti lomba panjat pinang sebagai puncak dari festival Sekura. Sekura Kamak, merupakan pesta Sekura dimana kostum yang digunakan berupa kostum kotor dan lusuh. Biasanya kostum mereka terbuat dari bahan-bahan alam atau dari benda-benda yang telah rusak. Tubuh para pemain dibaluri dengan sesuatu hingga menimbulkan kesan kotor dan lusuh yang hal ini membuat mereka tampak unik. Sekura jenis inilah yang pemainnya berhak mengikuti lomba panjant pinang secara bergotong royong. 


Tidak hanya masyarakat setempat, banyak juga pengunjung dari daerah lain yang sengaja menyempatkan diri untuk hadir menyaksikan festival ini. Festival Sekura juga merupakan ajang silaturahmi. Dalam festival Sekura, beragam kalangan ikut membaur dan terlibat bersama-sama. Setiap pengunjung diperbolehkan membawa berbagai makanan yang mereka peroleh dari silaturahmi berkeliling dari rumah-rumah warga sekitar. Kemudian makanan ini dapat mereka santap bersama-sama dengan peserta yang hadir lainnya sehingga hal ini semakin menambah hangatya suasana. 


Bagi masyarakat sekitar, festival Sekura juga menjadi berkah tersendiri. Banyaknya pengunjung yang datang untuk menyaksikan, membuat pekon (desa) di mana Festival Sekura diadakan menjadi begitu ramai. Tidak mau disia-siakan, momen ini juga membuat banyak warga berdagang disekitar lokasi festival. Para pedagang umumnya  menjajakan makanan atau pernak-pernik lainnya. Satu hal yang tidak ketinggalan, yaitu pedagang kaca mata hitam yang laris diserbu para pembeli. Ini disebabkan karena salah satu atribut festival Sekura yang sudah modern seperti sekarang menggunakan kaca mata hitam.
penulis: Rika